Ponorogo: Tradisi Reog Sebagai Perekat Sosial dan Keberagamaan

- Editor

Selasa, 11 Juni 2024 - 10:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Imelia Azizah

Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ponorogo, yang dikenal dengan kesenian Reog yang memukau hingga mancanegara, dan dinyatakan sebagai tari topeng terbesar di dunia, selain kesenian reog Ponorogo  menyimpan kekayaan budaya dan tradisi yang terjalin erat dengan kehidupan sosial dan agamanya. Masyarakat Ponorogo  menjunjung tinggi nilai-nilai sosial menjadi ciri khas tersendiri. Keberagamaan yang ada di Ponorogo pun terjaga dengan harmonis, tergambar dari toleransi antarumat beragama yang tinggi. Kesenian Reog, dengan filosofi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, menjadi pemersatu dan pewarna dalam kehidupan sosial dan agama di Ponorogo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang tertanam kuat dalam masyarakat Ponorogo, dengan adanya kesenian reog memberikan ruang kepada masyarakat Ponorogo sehingga terjadi interaksi sosial.  Seperti halnya para penari Reog yang bersatu dalam satu kesatuan untuk menampilkan tarian yang memukau. Keramahan dan rasa saling menghormati menjadi landasan interaksi sosial di Ponorogo, sama seperti sikap saling menghargai antartokoh dalam kesenian Reog. Masyarakat Ponorogo memahami bahwa perbedaan adalah kekayaan, bukan perpecahan, seperti halnya keragaman karakter dan peran dalam kesenian Reog yang justru memperkaya pertunjukan.

Reog Ponorogo biasanya diadakan pada beberapa acara penting sepanjang tahun, seperti Grebeg Suro yang menandai Tahun Baru Islam pada bulan Muharram (Suro dalam bahasa Jawa), Hari Jadi Ponorogo yang dirayakan pada tanggal 11 Agustus, serta berbagai festival nasional dan lokal lainnya. Acara-acara ini sangat terikat dengan warisan budaya dan sejarah Ponorogo, memastikan bahwa Reog Ponorogo tetap menjadi tradisi yang hidup dan dirayakan oleh warga lokal maupun wisatawan.

Agama dan kesenian Reog memainkan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Ponorogo. Nilai-nilai agama seperti kasih sayang, saling menghormati, dan tolong menolong menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari, sama seperti nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Reog. Ajaran agama dan nilai-nilai Reog mendorong masyarakat untuk saling membantu dalam membangun kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.

Kesenian Reog Ponorogo memberikan berbagai dampak sosial positif bagi masyarakat. Pertunjukan Reog memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, melestarikan budaya lokal, dan mendorong perekonomian melalui pariwisata. Selain itu, Reog meningkatkan kreativitas dan keterampilan masyarakat, menjadi media edukasi dan pembinaan karakter, memperkuat identitas budaya lokal, serta mendorong toleransi dan saling menghormati. Kesenian ini juga membuka peluang persahabatan dan kerjasama dengan daerah lain. Namun, tantangan seperti minimnya regenerasi penari dan pengaruh budaya luar perlu diatasi dengan edukasi, festival, media sosial, penelitian, dan memasukkan Reog sebagai muatan lokal di sekolah. Upaya pelestarian ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan Reog dan manfaatnya bagi masyarakat.

Selain terkenal dengan kesenian reyog ponorogo juga terkenal juga dengan kota santri,  pondok pesantren dan sanggar Reog menjadi dua pilar penting dalam kehidupan sosial dan agama di Ponorogo. Selain sebagai tempat pendidikan agama dan budaya, pondok pesantren dan sanggar Reog juga berperan dalam pengembangan masyarakat, seperti melalui kegiatan sosial, ekonomi, dan pelestarian budaya. Meskipun terkenal dengan harmonisasi sosial dan agamanya, Ponorogo juga menghadapi beberapa tantangan, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, dan potensi radikalisme. Globalisasi dan modernisasi membawa pengaruh yang beragam, dan diperlukan upaya bersama untuk menjaga nilai-nilai luhur, agama, dan tradisi Reog di tengah perubahan zaman.

Namun, di sisi lain, Ponorogo memiliki banyak peluang untuk meningkatkan kehidupan sosial dan agamanya. Potensi wisata religi, budaya, dan kesenian Reog, serta keberadaan pondok pesantren dan sanggar Reog yang maju, dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperkuat toleransi antarumat beragama, dan melestarikan budaya bangsa. Dengan terus menjaga nilai-nilai luhur agama, tradisi Reog Ponorogo, dan bersama-sama mengatasi tantangan, Ponorogo dapat menjadi daerah yang semakin maju, sejahtera, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan menjadi simbol toleransi, kesatuan, serta kemajuan bangsa Indonesia.

Berita Terkait

Sinergitas Dalam Transformasi Digital Melalui Satu Data Indonesia
Perhatian dan Perlindungan Terhadap Pekerja Pers Patut Mendapat Jaminan Pemerintah
Menilik Unsur Pidana UU TPKS Kasus Ketua KPU yang Dipecat DKPP, “Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari”
Ziarah untuk Para Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa
Universalisasi Pesan Agama
Hasrat Ingin Melihat Misteri dari Perayaan 17 Agustus 2024 di IKN
Asisten pelukis Bernama Artificial Intelligence akan Melampaui Van Gogh?
Real Madrid Adalah The Beatles Bagi Klub Sepak Bola Dunia

Berita Terkait

Selasa, 23 Juli 2024 - 01:27 WIB

Sinergitas Dalam Transformasi Digital Melalui Satu Data Indonesia

Selasa, 9 Juli 2024 - 12:07 WIB

Perhatian dan Perlindungan Terhadap Pekerja Pers Patut Mendapat Jaminan Pemerintah

Minggu, 7 Juli 2024 - 22:57 WIB

Menilik Unsur Pidana UU TPKS Kasus Ketua KPU yang Dipecat DKPP, “Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari”

Minggu, 7 Juli 2024 - 10:18 WIB

Ziarah untuk Para Wartawan yang Dibunuh dan Kisah Rumah Sakit Jiwa

Minggu, 16 Juni 2024 - 22:14 WIB

Universalisasi Pesan Agama

Minggu, 16 Juni 2024 - 05:35 WIB

Hasrat Ingin Melihat Misteri dari Perayaan 17 Agustus 2024 di IKN

Selasa, 11 Juni 2024 - 10:37 WIB

Ponorogo: Tradisi Reog Sebagai Perekat Sosial dan Keberagamaan

Kamis, 6 Juni 2024 - 12:15 WIB

Asisten pelukis Bernama Artificial Intelligence akan Melampaui Van Gogh?

KANAL TERKINI