Jihad Kemanusiaan di NTB Wujudkan Tempat Isolasi Terpadu Bagi Pasien Covid-19

Lonjakan Kasus Covid-19
Wagub menjelaskan, lonjakan kasus di NTB mengalami kenaikan yang sangat tinggi setelah perayaan Hari Raya Idul Adha. Padahal saat bersamaan, Kota Mataram sedang menjalani PPKM Darurat. Sementara kabupaten/kota yang lain di NTB menjalani PPKM Mikro.
Belakangan kata Wagub, kondisi kian menkhawatirkan. Sebab, kebutuhan oksigen yang terus naik. Sementara pasokan juga memerlukan waktu untuk memenuhi seluruh permintaan. Kabar gembiranya, kemarin, NTB sudah mendapat bantuan 19 ton oksigen.
Ditegaskannya, penanganan Covid-19 ini akan terlalu berat jika diserahkan sepenuhnya pada pemerintah sendiri. Karena itu, Wagub menegaskan, seluruh komponen di NTB butuh kerja sama.
“Kita harus gotong royong. Gotong royong tegakkan prokes di seluruh lini kehidupan. Sepele. Tapi banyak orang yang anggap enteng,” tandasnya.
Mengandalkan penanganan pandemi Covid-19 hanya dari sisi kuratif belaka, sudah pasti kata Wagub tak akan mampu mengatasi persoalan. Sebab, seluruh sumber daya yang dimiliki pemerintah pasti ada batasnya. Dia mencontohkan. Untuk menyiapkan satu orang tenaga kesehatan saja butuh puluhan tahun.
Karena itu, pilihan terbaik yang dimiliki NTB saat ini adalah mengedepankan tindakan preventif. NTB punya peluang besar dalam hal tindakan preventif ini. Kuncinya kata Wagub, asal kita semua mau menjalankannya.
Itu sebabnya, dia menegaskan pentingnya peran masyarakat yang sangat besar. Dan inilah yang kini menjadi PR besar. Bagaimana meyakinkan masyarakat agar bersatu sehingga dalam seluruh aktivitas yang dijalani, bisa semuanya mematuhi protkol kesehatan.
Diakuinya, selama ini, masih ada fokus yang terbelah pada hal-hal yang tidak esensial. Karena itu, saatnya kini fokus dikembalikan pada upaya-upaya untuk memastikan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Mereka yang abai harus sadar sepenuhnya, bahwa mereka bisa menjadi pembunuh bagi orang lain.
Ditekankannya, upaya pemerintah sebetulnya nggak kurang-kurang. Yang kurang saat ini di NTB hanyalah kegotong royongan untuk menegakkan protokol kesehatan. Namun begitu, Wagub mengingatkan agar jangan lagi ada saling menyalahkan.
“Dari pada saling menyalahkan, mengapa kita tidak disiplin bersama-sama menegakkan protokol kesehatan,” katanya.
Sementara itu, terkait capaian vaksinasi, untuk NTB sebetulnya sudah sangat baik. Di seluruh NTB total sudah 593.323 orang telah menerima suntikan dosis pertama. Sementara 226.025 orang sudah menerima suntikan kedua. Angka ini memang masih jauh dari jumlah warga NTB yang harus divaksinasi yang jumlahnya mencapai 3,6 juta orang.
Karena itu, kata Wagub, NTB butuh peran tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mendorong mayarakat agar mau divaksin. Wagub bersyukur, saat ini, animo masyarakat untuk divaksin sebetulnya sudah baik.
“Kita di NTB, berapa vaksin yang datang, segitu vaksin yang habis,” ungkapnya.
Masalahnya, ketersediaan vaksin memang terbatas. Pemprov NTB sendiri bukannya berpangku tangan. Permintaan agar kuota vaksin untuk NTB ditambah terus dilayangkan ke pemerintah pusat.
Sejauh ini, pemerintah pusat menyampaikan bahwa penambahan itu akan tergantung pada keseriusan kasus Covid-19 di suatu daerah terlebih dahulu. Sehingga saat ini, daerah dengan kondisi kasus yang lebih serius masih didahulukan.
“Karena itu, di tengah keterbatasan vaksin, kuncinya saat ini adalah pentingnya protokol kesehatan,” katanya.
Inilah cara penanganan pandemi yang mudah dan murah. Tapi, memang, hal yang murah dan mudah tersebut rupanya tidak mudah pula kita lakukan. “Sekali lagi, ini PR besar kita di NTB,” tandasnya.