Seniman Reog dan Konservator Dorong Penangkaran Burung Merak

PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Masa selalu berubah, seiring perkembangan zaman termasuk dalam berkesenian. Seperti dalam bekesenian Reog Ponorogo. Pada era sebelum 2000an silam, seniman reog Ponorogo dalam berkesenian masih menggunakan bahan dari kulit kepala singa asli yang didatangkan dari luar daerah bahkan luar negeri untuk membuat barongan. Dan masih mendatangakan bulu merak asli dari India untuk membuat dadak merak.
Namun seiring kebijakan ekonom hijau , ekonomi yang ramah lingkungan maka sekarang ini para seniman menggunakan limbah kulit kambing untuk membuat Barongan Reog. Begitu pula dalam membuat Dadak Merak, para seniman Ponorogo sudah melakukan konservasi sumberdaya alam dengan melakukan penangkaran Burung Merak di Ponorogo.
Gerakan penangkaran Burung Merak ini untuk melindungi dari kepunahan.
“Kita gencar mendorong masyarakat Ponorogo untuk melakukan penangkaran burung Merak bahkan di sejumlah kecamatan penangkaran Burung Merak sudah tumbuh sejak lama tidak saja melindungi burungnya tapi juga meciptakan dan melestarikan habitat alamnya juga. Penangkaran yang sudah ada saat ini ada di Kecamatan Jenangan dan Pulung, “terang Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.
Kang Bupati Sugiri menyampaikan sudah banyak desa- desa di Ponorogo yang melakukan penangkaran Burung Merak untuk melindungi hewan tersebut dari kepunahan. Sekaligus untuk menepis anggapan masyarakat yang selama ini salah paham terkait penggunaan bulu burung Merak untuk Reog.
“Tidak benar dan salah besar, pemahaman masyarakat jika bulu merak untuk membuat Dadak Merak itu dicabut secara paksa atau sadis. Melainkan bulu burung merak untuk membuat dadak merak dalam Reog didapat dari proses alami. Dimana setiap tahun setiap bulan 9 dan 10 bulu Burung Merak mengalami masa rontok dan lepas itu yang digunakan para seniman. Termasuk yang kita impor dari India itu juga limbah dari upacara adat di negara India sana, “jelasnya.