PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: LSM Amarta menyoroti adanya praktek dugaan pungutan atas gaji guru-guru SMAN III Ponorogo yang berstatus ASN dan sudah bersertifikasi.
Heru Budiono, koordinator LSM Amarta kepada awak media mengatakan, pungutan tersebut diberlakukan kepada 43 orang guru ASN yang sudah bersertifikasi .
“Jumlah pungutannya adalah Rp.200.000 per orang plus 1 orang dipungut Rp. 400.000,-,” ucap Heru Budiono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Heru menambahkan, jika data dan informasi yang dimiliki oleh LSM Amarta, uang hasil pungutan tersebut berdalih untuk membantu 39 orang guru honorer yang belum bersertifikasi.
“Dari temuan kami, ada sebagian yang disetorkan ke oknum Diknas,” tegasnya.
Ditambahkan Heru Budiono,“ harus ada transparansi dalam mengumpulkan dana dan pemungutan serta penggunaan dana yang telah terkumpul tersebut. Baik dana dari pungutan para guru bersertifikasi maupun SPP serta dana BOS. Jika tidak ada transparansi maka dunia pendidikan akan rusak,” imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan Heru,” kalau tidak transparan akan merusak dunia pendidikan . Karena keteladanan tentang anti korupsi itu harus dimulai dari rumah dan lembaga pendidikan,“ terang Heru Budiono.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA III Ponorogo Sasmito Pribadi saat dikonfirmasi terkait pungutan terhadap 43 guru ASN yang sudah bersertifikasi tersebut menjelaskan, bahwa informasi tersebut tidak benar.
“Yang ada adalah sumbangan keikhlasan. Para guru yang sudah bersertifikasi dengan kerelaan hati tanpa paksaan tanpa ditentukan besarannya, menyumbangkan sebagian rizkinya untuk dibantukan kepada guru honorer dan staf tata usaha. Hal tersebut untuk meningkatkan kompetensi sosial dan spiritual mereka,” ucap Sasmito.
Sasmita Pribadi juga membantah ketika ditanya tentang dana tersebut sebagian ada yang dibantukan atau disetorkan kepada oknum atasannya di Diknas.
“ Memang kita itu mengupayakan adanya penyisishan rezeki untuk kepentingan rekan–rekan yang perlu untuk dibantu. Tapi sifatnya tidak memaksa, seikhlasnya dan besarannya tidak ada unsur paksaan. Kita mengutamakan sisi kemanusiaan, demi peningkatan kompetensi spiritual dan sosial guru saja,“ pungkasnya. (WA)