KOTA MALANG, KANALINDONESIA. COM : Badan kesehatan dunia (WHO) maupun organisasi luar negeri seharusnya belajar penanganan bencana dan kesehatan kepada Indonesia.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, Sumarjaya dalam Simposium Nasional Kebencanaan 2024, di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Ia mengatakan, adanya bencana sangat berkaitan dengan kesehatan. Sehingga, harus menjadi perhatian khusus bagi pihak terkait agar tidak memakan korban jiwa.
“Soal krisis kesehatan ini, merupakan hasil dari bencana alam, non alam serta sosial yang berdampak pada kesehatan. Jika terjadi bencana selalu menimbulkan korban, akses layanan yang terganggu, keterbatasan SDM, dan lainnya,” ujarnya, Jumat (18/10/2024).
Sumarjaya menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki program tenaga cadangan kesehatan yang berisikan SDM terlatih yang telah disiapkan pada saat pra krisis.
Nantinya, mereka dilatih sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam SDM itu juga ada relawan dan para ahli penugasan yang berasal dari non kesehatan serta kesehatan.
“Saat ini, ada sebanyak 17.500 anggota yang telah bergabung dalam program tenaga cadangan kesehatan di seluruh Indonesia. Ini menunjukkan, Indonesia sudah cukup baik dalam menangani bencana,” tuturnya.
Di sisi lain, Prasinta Dewi selaku Deputi Bidang Pencegahan BNBP menyebut, sepanjang bulan Januari hingga Oktober 2024 Indonesia mengalami bencana alam sebanyak 1.560.
“Fenomena bencana-bencana ini didorong adanya hidrometologi basah yang mengakibatkan banjir, cuaca ekstrim, juga kebakaran hutan ataupun lahan,” kata dia.
Prasinta menambahkan, merujuk data dari The World Risk Index 2024 posisi Indonesia berada di kedua sebagai negara dengan rentan mengalami ancaman bencana alam dari 193 negara.
Menurut The World Risk Index 2024, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara paling rentan mengalami ancaman bencana dari 193 negara lainnya.
“Sehingga, kita perlu adanya kolaborasi dengan pemerintah dalam penanggulangan bencana. Agar, bisa memitigasi dampak bencana dan mempercepat pemulihan,” tukas dia.
Sebagai informasi, kegiatan ini dihadiri berbagai peserta dari kalangan mahasiswa dan praktisi bidang sosiologi, keperawatan, farmasi, serta kedokteran. (Oky).
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com