Mie Lele, Cara Dosen Unair Atasi Masalah Stunting

LUKMAN 24 Agu 2021 Daerah, KANAL HEALTH, KANAL JATIM
Mie Lele, Cara Dosen Unair Atasi Masalah Stunting

SURABAYA, KANALINDONESIA.COM : Dosen Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga memberikan pelatihan mie lele guna mengatasi permasalahan anak kerdil (stunting) di Desa Suci, Kabupatekn Gresik. Ikan lele adalah bahan makanan bernilai gizi tinggi.

Menurut  Dr. Lestari Sudaryanti, dr., M.Kes, ttunting merupakan salah satu prioritas utama pemerintah pusat sampai daerah yang harus segera ditangani dengan target turunnya angka stunting menjadi 14% pada 2024. Adapun angka stunting di Indonesia masih sekitar 37% dan kemungkinan semakin meningkat karena berbagai kondisi akibat pandemi Covid-19. “Hal ini tentu mengancam keberlangsungan generasi penerus bangsa di masa depan,” katanya, Selasa (24/8/2021).

Dalam mengatasi balita stunting, masyarakat diberi pelatihan mengenai pembuatan mie lele yang kaya akan nutrisi bagi balita. Pelatihan tersebut dilakukan pada Sabtu (14/8/2021) lalu di Balai Desa Suci.

Selain kaya akan nutrisi, lele merupakan komoditas lokal yang mudah ditemukan. “Lele adalah salah satu bahan makanan bernilai gizi tinggi yang sangat mudah ditemukan dan harga terjangkau. Sayang tidak semua masyarakat mau mengkonsumsi ikan tersebut dengan berbagai alasan salah satunya karena berbau amis,” terangnya.

Sasaran pada pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah kepada keluarga yang memiliki bayi stunting di Desa Suci. Pengabdian masyarakat ini dilakukan secara metode blended menyesuaikan kondisi yang ada di lapangan. Sebanyak 10 balita stunting menjadi fokus pada pengabdian masyarakat ini. “Pertemuan offline dilakukan di balai desa untuk pemerikasaan balita pertama kali dan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan. Setelah itu pemantauan kondisi balita dilakukan secara online melalui grup whatsapp,” jelas Lestari.

Pelatihan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang menjadi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Adapun Tri Dharma Perguruan Tinggi wajib dilakukan oleh seluruh civitas akademika Unair.  Pengabdian masyarakat juga dilakukan lebih lambat karena terdampak pandemi Covid-19. “Pengabdian masyarakat sebenarnya dilakukan selama periode Juni sampai Agustus 2021. Akibat pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PPKM di berbagai daerah maka pelaksanaannya lebih lambat yaitu pada Agustus 2021,” paparnya.

Lestari berharap bahwa pengabdian masyarakat yang dilakukan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam permasalah stunting dan menciptakan masyarakat yang mandiri dalam penanganannya. “Diharapkan seluruh komponen masyarakat kembali memberi perhatian pada permasalahan stunting dan segera melakukan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien untuk menyelesaikannya,” tutupnya. (shi)