SURABAYA, KANALINDONESIA.COM: Perkumpulan Reog Ponorogo Surabaya (Purbaya) menggelar aksi simpatik. Mereka mendorong Reog Ponorogo segera didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.
Aksi simpatik yang rencananya digelar di depan Gedung Grahadi, bergeser ke Jalan Merr, Rungkut. Ada 10 Reog Ponorogo yang tampil. Beberapa dada merak mereka lapisi dengan kain putih. Kain putih itu berisi tulisan ‘Reog Ponorogo Milik Indonesia Bukan Malaysia Rek’.
Mereka juga membawa banyak poster. Salah satunya bertuliskan #SaveReog Ponorogo. Aksi simpatik itu juga diisi dengan kesenian jathilan (kuda lumping) dan seni cemeti (pecut).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Arus lalu lintas sempat tersendat. Sebab, banyak pengguna jalan yang penasaran ingin melihat pertunjukan seni tersebut.
Ketua Purbaya, Siswandi mengatakan, aksi digelar sebagai salah satu bentuk dukungan kepada pemerintah, dalam mendaftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO.
“Kegiatan ini terus terang kita mendukung pemerintah, sekaligus memprotes pemerintah Malaysia yang sudah dua kali ini mengklaim Reog ini adalah budaya mereka,” ungkap Siswandi kepada wartawan di lokasi, Rabu (13/4/2022).
Siswandi mengaku pernah datang langsung ke Malaysia pada 2008. Kala itu ia juga menggelar aksi protes atas klaim Reog yang dilakukan Negeri Jiran.
“Saya sampai ke sana (Malaysia) demo sendirian tahun 2008. Saya protes di kantor Kebudayaan Malaysia, bahwa Reog ini milik Indonesia. Sekarang diulangi lagi, walaupun namanya diganti dengan Barong tapi wujudnya tetap Reog. Kami tetap tidak terima, Reog milik Ponorogo, milik Indonesia, budaya kita sendiri,” ujar Siswandi.
Siswandi juga menyayangkan pemerintah yang tidak segera mendaftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO. “Ini bisa muncul lagi karena pemerintah kita kurang peka. Mestinya setelah 2008 ini setelah gagal diklaim Malaysia, harusnya kita mendaftar lebih dulu,” terangnya.
“Ini malah yang didaftarkan duluan malah Jamu, bukannya Reog ini yang kami prihatin. Ini budaya yang jadi rebutan malah tidak didulukan sebagai nomor satu yang didaftarkan di UNESCO itu, kecewa juga. Nanti kami di sini minta tanda tangan dari warga semuanya, ada pejabat kami minta tanda tangan Reog ini dinomorsatukan,” pungkas Siswandi. Ady
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com