PMK Meluas, Obat-obatan Langka Peternak di Ponorogo Kebingungan

PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Penyebaran dan penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi di Kabupaten Ponorogo yang saat ini meluas hingga lebih dari 9 kecamatan, membuat para peternak kebingungan untuk mendapatkan obat-obatan.
Jumlah sapi yang sakit dan proses penyembuhan yang membutuhkan beberapa kali penyuntikan menyebabkan peternak kewalahan dalam hal biaya, sehingga keselamatan ternaknya, para peternak sekarang berburu obat–obatan di toko –toko peternakan untuk disuntikkan sendiri. Namun, obat-obatan yang dibutuhkan dintaranya Suspidon, vitol, prostrep 200 -250 langka di pasaran karena telah diborong petugas medis.
Eko Setyo Budianto peternak asal Desa Lembah Kecamatan Babadan mengaku kebingungan karena mencari obat–obatan tersebut di pasaran tidak ada. Menurut pemilik kios obat–obatan habis diborong para petugas peternakan. Padahal ternak milik Eko ini jumlahnya 6 ekor dengan 2 ekor anak sapi yang baru berumur 3 minggu. Sebelumnya sudah ditangani oleh paramedis swasta namun belum sembuh.
“Untuk Sapi yang terkena PMK ini informasinnya penyuntikan harus dilakukan 3 hari sekali. Jika sapi saya 7 dengan sekali suntik biayanya sekitar Rp70.000 – 100.000 ya berat. Makannya kita para peternak ingin menyuntik sendiri tapi ternyata obat –obatan itu langka di pasaran,“terang Eko.
Penyuntikan sendiri sangat dibutuhkan peternak karena jika menunggu petugas medis veteriner baik pemerintah maupun swasta yang jumlahnya terbatas sedangkan jumlah ternak yang terpapar jumlahnya ribuan dan terus bertambah menyebabkan petugas datangnya sangat terlambat. Kedatangan mereka tidak bisa seketika namun berselang 1 hingga 2 hari kedepannya. Padahal karena menyangkut nyawa maka butuh kecepatan. Jika tidak cepat penyakit menjadi semakin parah dan kematian terjadi .
“Dengan kondisi darurat ini kalau pelu peternak dilatih untuk menyuntik sendiri dan kita siap dengan segala resikonnya,“tegas Eko.
Dengan keterbatasan jumlah para medis veteriner di Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo yang hanya 13 dengan jumlah dokter 2 orang, sedangkan jumlah sapi yang sakit mencapai ribuan ekor membuat pelayanan yang diberikan untuk mengatasi PMK dianggap kurang cepat oleh para peternak.
Dengan kurang cepatnya petugas paramedis ini membuat jumlah sapi yang mati terus bertambah. Akhirnya peternak mengundang petugas medis veteriner swasta untuk melakukan pengobatan secara medis.(KI-01)