PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Puluhan warga Dukuh Bayeman, Desa Kunti, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo mendatangi Padepokan Nurul Tauhid yang berdiri di lingkungan mereka, Selasa(07/01/2025).
Kedatangan warga yang juga membawa poster dengan berbagai tulisan tersebut menuntut agar padepokan Nurul Tauhid yang dipimpin Daeng Farid ditutup.
Warga mengaku resah dengan keberadaan padepokan yang dipimpin pria asli Makasar ini.
Meski pemimpin padepokan yang berdiri di tepi hutan dan jauh dari pemukiman warga tersebut tidak berada di tempat, masyarakat tidak membubarkan diri dan tetap bersikukuh agar padepokan ditutup.
“Padepokan ini gak jelas. Inginnya masyarakat untuk ditutup,” kata Lasimin, ketua RT setempat.
Bahkan dari penuturan warga ada salah satu pengikutnya yang menjadi korban kesewenang-wenangan dari pemimpin padepokan Nurul Tauhid.
Salah satu pengikut yang berasal dari Desa Tulung, Kecamatan Sampung mengaku jika dirinya menjadi korban kekerasan dan pemerasan.
“Infonya ada kasus penganiayaan, santrinya juga dimintai uang dalam jumlah besar,” katanya.
Selain itu, masa juga mempertanyakan aktifitas penghuni padepokan yang dianggapnya tidak jelas,
Lasimin menambahkan bahwa selama berdirinya padepokan tersebut, pemilik atau pimpinannya terkesan tertutup dan tidak bergaul dengan warga sekitar. Bahkan juga tidak ada pengajuan izin kepada lingkungan atau desa.
“Ijin lingkungan tidak ada. Pemiliknya juga tertutup, tidak pernah komunikasi atau bersosialisasi dengan warga,” terangnya.
Untuk keamanan, pihak kepolisian kemudian menyarankan agar barang-barang berharga dan benda-benda yang dianggap pusaka yang ada didalam padepokan tersebut dikeluarkan dan dititipkan di salah satu rumah pengikutnya yang tinggal tidak jauh dari padepokan.
Pihak berwajib juga menyarankan agar para pengikut yang tinggal di padepokan nurultauhid agar pulang dan kembaliberkumpul dengan keluarganya.
Kapolsek Sampung AKP Agus Suprianto menjelaskan bahwa ada beberapa warga yang tidak berkenan dengan aktivitas keseharian yang ada di tempat yang disimpulkan warga sebagai padepokan tersebut.
“Ada warga dari luar Desa Kunti yang melapor. Yang bersangkutan dulunya pengikut pemilik padepokan tersebut,” kata Agus.
Penutupan nyaris tertunda dikarenakan terjadi adu mulut antara warga dan salah satu pengikut.
Beruntung pihak kepolisian masih bisa mengendalikan sehingga tidak terjadi aksi anarkis warga.
Setelah terjadi kesepakatan penutupan padepokan tersebut, warga pun baru mau membubarkan diri.(Tim)
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com