Dirangkai berdasarkan kronika peristiwa seputar Reformasi 1998, Denny JA menuangkan perasaan dan pemahamannya tentang peristiwa konflik dan dampaknya. Dia menulis puisi untuk menyampaikan suara-suara yang “hilang” ketika konflik kekerasan terjadi.
Keluarga dari pelaku kekerasan, suara saksi /korban tidak langsung konflik itu sendiri, suara aktor yang terlibat, suara keluarga pelaku kekerasan, bahkan, ‘suara’ dari peristiwa kekerasan itu sendiri.
Salah satu aspek yang menonjol adalah fokus narasi pada tragedi kemanusiaan. Hal ini tertuang lewat interpretasi DJA terhadap ’suara’ lakon-lakon dalam puisi pada berbagai spektrum dinamika ketika konflik maupun dalam situasi pascakonflik yang masih menyisakan trauma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu puisi yang memberikan impresi kuat karena penuturan jejak dari kaca mata lakonnya adalah narasi konflik etnis di Sampit.
Saya membaca puisi tentang konflik etnis Di Sampit dengan rasa penuh kecamuk. Ketika peristiwa-peristiwa horor itu berlangsung saya adalah anak rantau di ibukota yang baru saja bekerja sebagai peneliti di LIPI.