Paman minta Jazil pergi dari Sampit.
“Tapi paman, aku akan menikah dengan gadis Dayak. Aku aman di sini.” Paman membentak: “Hei, kau mau mati?
Buka matamu. Lihat pak Hasyim. Istrinya juga orang Dayak. Ia juga dipancung!!”
Jazil tak terpengaruh.
“Cintaku lebih kuat dibandingkan seribu gunung, mengalahkan rasa takutku,”
Jazil yakinkan diri.
Sampailah momen itu.
kakak lelaki Sanja datang padanya, Menyampaikan secarik kertas itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Surat dari Sanja, memintanya mengungsi.
“Di mana aku bisa temui Sanja?,” tanya Jazil.
Sang kakak menjelaskan.
“Ini bukan waktu yang tepat.Bahaya bukan hanya buat Jazil.
Juga bahaya buat Sanja.
“Bahaya buat keluarga.
Kami akan dituduh berkhianat.”